Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Perpecahan Pengirus Marga Jadi Sorotan Media Tarnama Podcast

Desember 24, 2025 | Desember 24, 2025 WIB Last Updated 2025-12-24T05:00:45Z

Jakarta, DetikNewstv.com -
Fenomena perpecahan pengurus Punguan marga di Kota Metropolitan Jakarta mencuat dalam bincang-bincang kami dengan Ketua Umum Punguan Raja Nabarat se-Jabodetabek Brigadir Jenderal/Brigjend Dr Harri Dolli Hutabarat, 

 Awal Nopember 2025.
Setelah ditelisik lebih dalam, akar masalahnya terletak pada faktor egoisme , perbedaan pendapat dan kepentingan pribadi.Tragisnya, karena faktor egoisme, seorang Ketua Umum suatu marga dengan komunitas besar dan pernah jadi panutan di Jakarta hanya bertahan selama tujuh bulan.Dari masa periodesasi tiga tahunan. Untungnya, Sang ketua umum tersebut berjiwa besar dengan memilih langkah mundur saja. Alasanya sengaja dibalut dengan pindah domisili ke kota Batam.Padahal, posisi yang bersangkutan politisi pusat.Baru lagi menang dalam Pemilihan Legislatif tahun 2024 untuk periode kedua. Dari daerah pemilihan Riau Kepulauan.

"Masalah perpecahan pengurus Punguan marga akhir-akhir ini kental dengan kepentingan politik praktis," tegas jurnalis senior Jonro I Munte yang mengamati fenomena perpecahan di kalangan pengurus Punguan marga Batak khususnya di Jakarta.

Pemimpin Redaksi Majalah Naruwastu dan anggota Penasihat Forum Jurnalis Batak/Forjuba mencatat beberapa politisi ambisius merebut pengaruh dalam Punguan marga.Sasarannya jelas, guna menarik suara marga hanya demi kepentingan politik praktis.Sebab, sudah tidak rahasia lagi, 

 Jabatan publik dari jalur politik praktis mendapat posisi yang istimewa di negeri ini. 
Mereka dibiaya negara dengan anggaran yang sangat besar.Tak pelak lagi, tentu penghasilan anggota DPR pusat berlimpah ruah setiap bulan. Walaupun penghasilan politisi yang besar itu paradoks dengan kehidupan masyarakat banyak karena terus dihimpit tekanan ekonomi berat. Hidup sehari-hari mereka pun serba kekurangan.

Menghadapi fenomena perpecahan Punguan marga, kiat apakah yang diterapkan Brigjend Dr Harri Dolli Hutabarat yang juga dikenal sebagai Wakil Dekan Universitas Pertahanan?
Sebagai Ketua Umum Punguan Raja Nabarat se-Jabodetabek mengutamakan soliditas semua unsur pengurus.Demi menjaga kekompakan pengurus, mana kala ada Ketua Bidang yang dianggap kurang seirama dengan misi Punguan, segera didedati..Sebagai generasi/sundut ke-18 dari kakek moyang Raja Hutabarat, dengan tata krama kesopanan, 
Harri Dolli selalu memanggil mereka sesuai adat yang diajarkan dalam Habatahon.

"Saya memanggil mereka sesuai dengan urutan sundut atau partuturon.Ya, saya panggil mereka Abang, Bapa uda, Bapa tua. Intinya harus saling menghargai dalam satu keluarga besar.Jabatan publik jangan ditonjolkan dalam Punguan marga. Yang penting bisa kompak," papar Harri Dolli Hutabarat.

Pada prinsipnya, sesuai dengan peribahasa: Apa yang ditabur, itu yang akan ditunai.Karena itu, jika ada perbedaan pendapat dianggap wajar saja dan perlu dihargai.Apalagi di kalangan suku Batak sifat egoisme masih sering muncul sehingga perlu pengertian dan pendekatan yang baik.Sebagai suku yang minoritas di negeri ini, harapan Ketua Umum Punguan Raja Nabarat, Punguan marga jangan diperkecil lagi dengan bentuk perpecahan di kalangan pengurus marga.

Sifat pemersatu yang diwariskan orangtuanya semasa Ketua Umum Punguan Raja Nabarat se-Jabodetabek,
 menginspirasi Harri Dolli. Misalnya, menghadapi generasi milenial yang belum aktif dalam acara istiadat Batak. Karena orientasi mereka lebih fokus menggapai kehidupan yang lebih baik di masa depan.Bisa jadi, waktu mereka sangat terbatas mengikuti adat istiadat.Apalagi masuk Punguan marga di tingkat Komisariat.
Diharapkan, perlu ada toleransi dari para orang tua yang terkenal gigih memperjuangkan agar semua anak-anak mereka berpendidikan sarjana. 
Generasi penerus pun tidak lepas dari tanggung jawab kemajuan keluarga di tengah arus informasi yang begitu deras mengalir di media sosial.Harus dimaklumi waktu mereka banyak tersita mengikuti kemajuan teknologi informasi dan perkembangan Artificial Inteligen/AI yang lagi trend dunia saat ini.

FILOSOFI DALIHAN NATOLU
Mengenai filosofi Dalihan Natolu yang diwariskan leluhur si Raja Batak, Harri Dolli sependapat perlu dilestarikan karena mengandung nilai yang sangat esensial.Dalam tata kehidupan keluarga Batak: Pihak hulahula berperan sebagai panutan, 
pihak keluarga satu marga berperan senasib sepenanggungan dan pihak boru harus dirangkul agar bisa menghormati pihak hulahula.

Tapi, pada saat tertentu di ulaon adat Batak, peranan yang tadinya hulahula bisa menjadi boru di marga lain.

Begitulah warisan budaya Habatahon, antara hulahula dan pihak boru maupun keluarga satu marga diikat dalam kekerabatan Dalihan Natolu:Manat mardongan tubu, elek marboru, somba marhulahula.Intinya saling menghargai.

Filosofi Dalihan Natolu juga layak diterapkan dalam interaksi sosial dan tugas di kantor maupun kegiatan di luar lingkungan suku Batak.Sehingga sosok keturunan Raja Batak seharusnya bisa menonjol dan bisa dipercaya. Tanpa ada kepercayaan bagi suku Batak, bakal sulit bisa maju memegang suatu jabatan level pimpinan.
Uniknya, di internal dengan topangan Dalihan Natolu, apa pun marga seseorang terbukti cepat beradaptasi dalam sistem kekerabatan suku Batak.Harus diakui, hanya di suku Batak dikenal istilah:

 Mangkuling do mudar.Secara harafiahnya, boleh disebut darah suku Batak berbicara dari pertalian darah. Sehingga begitu berkenalan sesama suku Batak langsung bicara akrab karena dilandasi filosifi Dalihan Natolu.

Kita ambil contoh, Raja Hutabarat Parbaju yang baru kenal dengan marga Pandjaitan keturunan Raja Sidjorat Paraliman Pandjaitan, langsung ingat posisi partuturon: Panggil tulang kepada Raja Pandjaitan.Karena nenek moyang mereka Alitlo boru Panjaitan, putri Raja Sidjorat I: Paraliman Sihotang Parlabuan Pandjaitan dari Kampung Lumbantor, 

Negeri Sitorang, Toba.Demikian juga di marga lain ada hubungan darah dari kakek moyang mereka.
Sebagai kelahiran kota Surabaya, Jawa Timur, 
2 September 1968, Harri Dolli banyak belajar dari ayahanda yang bekerja di Bank Bumi Daya/BUMN-kini merger jadi Bank Mandiri.Prinsipnya, menghargai perbedaan pendapat, bersikap sopan dan saling menghormati. "Sebagai orang Batak saya diajarkan memiliki hati yang baik dan terbuka. Bicara apa adanya yang tersimpan di dalam hati," tandasnya.

Dengan tulus, Harri Dolli Hutabarat merasa bangga sebagai orang Batak karena mempunya karakter yang kuat dan terbuka.Berarti, identik dengan arsitektur bangunan rumah Batak di bona pasogit.Tanpa sekat-sekat sehingga mulai dari pintu masuk sampai dapur semua terbuka, apa adanya.
Kepada generasi penerus,

perwira tinggi TNI AD dan akademisi Herri Dolli berharap agar belajar dari tokoh pejuang Tanah Batak seperti Raja Sisingamangaraja XII Tuan Bosar gelar Ompu Pulo Batu Sinambela dan Raja Sidjorat VIII Pun Tua Raja Pandjaitan yang gigih berani melawan penjajah Belanda selama 30 tahun.Dalam sejarah leluhur Batak, 

memang terkenal sebagai pejuang.

 Namun, diakui berjuang bukan hanya di bidang militer.Bisa juga di jalur birokrat, profesi lain dan bidang usaha.Jika ditekuni suatu profesi sesuai talenta dengan benar hasilnya pun akan baik.

Harri mengisahkan sedikit pengalamannya terjun ke dunia militer yang disebut karena tuntunan Tuhan.

Padahal, dia sudah sempat kuliah di negara tetangga Australia.Puji Tuhan, berkat pendidikan Akademi Militer/Akmil di Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah, Herri Dolli di masa mudanya ditempa menjadi sosok yang handal dan giat mengejar ilmu pengetahuan. Buktinya,

 usai meraih sarjana Administrasi Negara, dilanjutkan kuliah program Pascasarjana jurusan Kajian Nasional di Univertas Indonesia. Jenjang pendidikan terakhir, menyelesaikan program S3 jurusan Administrasi Negara di Universitas Negeri Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

Kemudian, Harri Dolli direkrut menjadi dosen tetap di Universitas Pertahanan/Unhan RI Jakarta.Selain dosen, diangkat menjadi Wakil Direktur Keuangan dan Umum Pascasarjana Unhan.Jabatan yang kini diembannya sebagai Wakil Dekan Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Keamanan Nasional Unhan RI.

 Brigjend TNI Dr Harri Dolli Hutabarat, S.Sos, menempuh pendidikan SD hingga SMA di Jakarta.Kemudian di Akademi Militer dan lulus tahun 1991 sebagai perwira TNI AD Kecabangan Zeni.Juga menempuh kursus perwira Zeni hingga lanjutan perwira Zeni,

 kursus intelijen dan kursus bahasa Inggris.Mengikuti pendidikan Sekolah Staf Komando TNI AD/Seskoad,program pendidikan militer di Australia, Singapura dan Inggris Raya.

Pengalamannya meliputi berbagai penugasan di satuan jajaran TNI AD. Mulai Danton, Danki Yonzipur1/DD,

 Komandan Rayon Militer/Danramil, Pasi Intel Korem, Dandenzibang dan Kabgapam Setditziad.Juga jabatan di Satuan Kerja Direktur Jenderal Strategi Pertahanan di Kementerian Pertahanan.Dari jabatan yang diembannya saat ini, masih terbuka peluang Brigjend Dr Harri Dolli Hutabarat naik pangkat menjadi bintang dua. Semoga Tuhan mengabulkan.


( Hardi / Ludin.P )
×
Berita Terbaru Update