Paradigma
Al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah
Artinya: ‘Memelihara yang lama yang masih baik dan mengambil yang baru yang lebih baik’.
A. Revitalisasi Nilai Pure Papua
Deskripsi
Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan untuk menjadi vital, sedangkan kata vital mempunyai arti sangat penting atau sangat diperlukan sekali untuk kehidupan dan sebagainya.(Wikipidia).
Berawal dari kebijakan pemerintah pusat dengan adanya pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB) dari satu Propinsi menjadi 5 (lima) Propinsi Papua. Tentu saja secara psikologis mempengaruhi mentalitas rakyat, terlepas dari persoalan siap-tidaknya menerima perubahan itu.
Menjadi sorotan tulisan disini aspek negative sebagai dampak yang akan ditimbulkannya. Untuk itu perlu diberikan sedikit saran, kalau bukan seluruh, sebatas kontribusi pemikiran solusi pendampingan dari dampak negative yang ditimbulkannya untuk menghindari sekaligus mengatasinya.
1. Merekontruksi Nilai Genuin Papua
Merekontruksi nilai Papua Asli adalah usaha membangun kembali nilai-nilai genuin (asli) Papua yang telah rusak malah hancur berantakan perlu dibentuk kembali, untuk ditata ulang melalui kebijakan pembangunan negara oleh para pemimpin Daerah (para Gubernur, para Bupati dan Walikota) Papua sesuai nilai-nilai sejati, jati diri Papua. Nilai nilai genuin Papua menjadi landasan kebijakan pembangunan penting digali kembali.
Caranya?
Semua kebijakan pembangunan Papua harus berdasarakan nilai-nilai lokal Papua dan usaha terus-menerus mempertahankan keseluruhan identitas warisan leluhur bersifat spritual dan material, baik yang terpelihara maupun pudar diperbaharui seiring perubahan zaman.
Memperbaharui berarti juga memperbaiki yang telah rusak (runtuh) untuk merumuskan kembali guna membangun nilai-nilai sejati, nilai par exalance (utama) yang luhur, berasal dari dan oleh orang Papua sendiri dari sumber nilai yang dihayati sebagai yang hidup, yang utama, baik, penting, berharga, karenanya dihormati, bernilai sacral dan itu masih dihayati rakyat Papua.
Pembaharuan nilai-nilai lokal sesuai nilai yang dihayati masyarakat Papua. Yakni nilai-nilai lokal sejati yang luhur agar tetap terawat dan terus dipelihara sebagai identitas keunikan dalam berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia.
Sekali lagi nilai-nilai lokal yang bersifat luhur digali kembali menjadikannya landasan pijak, direvitalisasi (dipentingkan kembali, jadi vital, sangat penting), sebagai upaya mempertahankan kesejatian identitas sebagai orang Papua.
I
Perumusan kembali nilai par exalance (utama) Papua secara komprehenshif sifatnya urgen mendesak karena vital (sangat penting). Adapaun unsur lokal yang penting dipertahankan itu menyangkut dua hal:
Pertama, spiritual (kepercayaan, keyakinan), sebagai orang Papua dengan berbagai kompleksitas atribut ke-Papua-annya perlu dipelihara dan dilestarikan. Semua itu sebagai wujud tak lain mencintai diri sebagai orang Papua secara seutuhnya, kita selalu harus bangga dan percaya diri (The self of confident) akan identitas diri sebagai orang Papua dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Semua menyangkut merevitalisasi untuk terus melestarikan berbagai ciri khas diri sebagai Papua, mulai dari kesenian, bahasa (bahasa daerah), karena itu mempengaruhi cara berfikir, makanan, bahasa, mata pencaharian, pelestarian lingkungan hidup, seni, makanan, semuanya ada tujuh (7) unsur seperti rumusan para pakar kebudayaan seperti, Prof Koenjraningrat, dalam bukunya:
Membangun Masyarakat Majemuk, yang itu dimiliki rakyat Papua.
Kedua, menyangkut benda-benda baik alam laut, udara dan hasil kreasi bersifat kebudayaan Papua menyangkut tujuh (7) aspek kebudayaan yang dimiliki rakyat Papua.
2. Apa itu nilai?
Nilai (value) adalah isi, bobot, kualitas, yaitu sesuatu yang berisi, berbobot, bekwalitas,
berharga, jadi ada harganya. Semakin berbobot, semakin berkualitas semakin mahal harganya. Bobot, isi, kualitas, semua padanan kata maknanya sama berarti ‘ada apanya’ bernilai, berisi, bernilai tinggi dan mahal harganya dihargai orang. (Magnis Suseno, Prof, Etika Dasar, 1987)
Sesuatu yang bernilai tentu itu yang penting karena itu berharga dan itu yang mahal harganya harus dirumuskan kembali. Nilai itu sendiri apa dan apa yang bernilai, bagaimana kita bisa rumuskan yang bernilai itu harus lebih dahulu untuk menjawab semua tantangan yang dihadapi dewasa ini.
Untuk apa dan mengapa nilai asli Papua itu penting harus dirumuskan? Tujuannya, agar rakyat Papua tidak teralienasi, dislocation, devrivation (tercerabut dari akar budaya dirinya sendiri, tidak lupa akan dirinya sendiri, tidak tahu diri), agar tidak dilainkan dan melainkan, tapi tetap menjadi diri sendiri, tetap utuh, tahu diri, kenal diri sebagai orang Papua dengan segala keunikannya didalam berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam era globalisasi dengan maju-pesatnya perkembangan ilmu dan tekhnologi dunia seakan sempit, semakin tanpa jarak antar benua, antar negara, kita selalu sudah berinteraksi dengan berbagai macam orang, beragam suku dan bangsa, dengan berbagai agama, berbagai ideologi yang kesemuanya menawarkan, membawa nilainya sendiri ketika kita berinteraksi. Dalam pada itu kita tak selamanya selalu siap, kalau-kalau tenggelam dalam kelainan yang lain.
Untuk itu tidak bisa tidak, jadi harus semua kebijakan pembangunan Papua disesuaikan dengan budaya lokal, lokal wisdom, berdasarkan spirit (semangatnya), nilai-nilai lokal Papua sendiri, berciri khas Papua, oleh orang Papua sendiri,(berarti pejabatnya wajib diutamakan orang asli Papua) sehingga semua kebijakan pembangunan disesuaikan dengan kearifan lokal, disesuaiakan dengan nilai-nilai lokal, budaya Papua.
Perumusan kembali nilai Papua disini, dengan demikian tujauanya agar pembangunan dirasakan tidak jatuh dari langit tapi dibangun dan dirasakan sebagai milik sendiri, berasal dari sini. Dibangun sendiri untuk diri sendiri sesuai keinginan rakyat Papua sendiri dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Apa yang bernilai dan dihargai orang Papua itu yang harus dirawat, harus dijaga dan perlu dikembangkan sebagai sesuatu yang bernilai, sebagai sebuah mutiara, orang Papua sudah memilikinya tidak dirusak, nilai-nilai itu sudah dimiliki orang Papua sebagai kreatifitas temuan leluhur yang telah diwariskan kepada kita dipertahankan antar generasi sebagai khasanah kekayaan bernilai tingi dan sacral.
3. Kebijakan Pembangunan
Kebijakan pembangunan oleh negara dan pemerintah Daerah harus berdasarkan nilai pure Papua. Negara hadir ditengah rakyat Papua tujuannya perlindungan, keamanan dan kesejahteraan rakyat Papua agar makmur hidupnya. Demikian terbentuknya pemerintahan Daerah dalam Otonomi Khusus selebihnya kewenangan kebijakan ada pada pemerintah Daerah.
Adalah kiat para pemimpin Daerah Papua bagaimana pembangunan diarahakan semangatnya berdasarkan nilai-nilai lokal, sesuai keinginan rakyat Papua, kebijakan pengajaran bahasa daerah, mengalahkan pengolahan makanan lokal, merawat dan memelihara warisan leluhur, untuk menyebut beberapa contoh agar rakyat Papua tak tercerabut dari jati diri dirinya.
Dengan demikian arah dan kebijakan pembangunan tidak berdasarkan semangat lain dan unsur baru dalam kebudayaan Papua misalnya berdasarkan spirit (semangat) religi (agama) yang asing dalam genuisitas (keaslian) kesejatian kebudayaan orang Papua dan spirit hegemoni non Papua.
Dengan demikian pembangunan diarahkan semangatnya nilai sejati itu tidak bersumber dari agama dan pemerintah pusat tapi sepenuhnya diambil dari dan bersumber dari pikiran, penghayatan dan kebiasaan yang dihayati rakyat Papua sendiri.
Pembangunan nasionalisme melalui berbagai kebijakan negara misalnya Sistem Pendidikan, Mata Uang, Pertahanan dan Keamanan, keseragaman sistem birokrasi, pengajaran bahasa nasional dalam Siatem pendidikan tetap dipertahankan yang sudah baik berjalan demikian.
Namun tak kalah penting bagi Papua yang unik dalam kesatuan dan persatuan bangsa perlu penghormatan dan pemeliharaan keunikannya itu dengan sarat nilai lokal dan bobot nilai lokalitas perlu diperhatikan disini dalam semua aspek kebijakan pembangunan Papua.
Itu artinya setiap pemangku jabatan tinggi dan tertinggi negara dan daerah (Gubernur, Pangdam, Polda, Para Bupati hingga kebawah) menerjemahkan bahasa pembangunan hingga tingkat masyarakat Kampung semangatnya bersumber dan kiat-kiatnya tidak berdasarkan nilai asing tapi memoles arah dan kebijakan pembangunan beradasarkan karakhter lokal Papua.
Upaya mempertahankan jati diri Papua hasilnya tidak partial, tapi menyangkut seluruh dimensi kehidupan sosial politik dengan semangat pelibatan semua unsur sampai pada level rakyat diakar rumput. Sepenuhnya nilai genuin Papua bukan berdasar nilai asing agama dan atau Jawa sentris misalnya.
Sehingga semangat mempertahankan nilai jatidiri sejati adalah semangat rakyat semesta agar bagaimana kedaulatan jati diri Papua terwujud dalam kesatuan dan keutuhan bangsa dan negara Indonesia yang majemuk.
Darimana sumber nilai yang menjadi dasar dari usaha gerakan perjuangan mempertahankan diri? Sumber nilai yang itu berasal dari nilai-nilai lokal par exalance sebagai yang berkembang, nilai asli Papua.
Sumber nilai itu baik nilai Papua asli (genuin) yang dimiliki rakyat Papua dengan terus melakukan purefikasi (pembersihan) aspek nilai sekunder negatif dari dalam dan pengaruh dari luar oleh akibat hegemoni budaya kolonialisme.
Nilai seperti keadilan, kemanusiaan, kebebasan yang bersifat universal dapat diramu kembali sebagai nilai sendiri dalam konteks Papua sebagai sumber kekuatan untuk dijadikan landasan rekontruksi yang dimaksudkan disini.
Untuk itu aspek penegakan demokrasi dan HAM ditengah rakyat Papua yang terus berubah menjadi kebutuhan, penyesuaian pergerakan perjuangan “kiamat” dengan membuka ruang pelibatan semua komponent komunitas Papua dewasa ini sebagai bagian dari gerakan perjuangan.
Hal itu tidak lain dari usaha nasionalinalisasi Papua dalam kerangka me-rekontruksi nilai-nilai Papua. Demikian pada akhirnya terwujud wajah ideal nasionalisme Papua secara sistematis. Rekontruksi berdimensi demokrasi dan HAM dalam gerakan perjuangan akan menemukan format ideal adalah penting artinya bagi kematangan perjuangan mempertahankan diri.
Untuk itu meramu kembali nilai lama Papua dengan nilai baru adalah suatu keniscayaan pada saat mana dunia terus berubah dan meng-global. Sebab sering diingatkan bahwa yang terus abadi adalah hanya “wajah Tuhan”, selainnya dalam keadaan terus berubah. Filsafat Yunani mengajarkan panta rei, semua berubah, yang abadi adalah perubahan itu sendiri.
Demikian banyak teori filsafat dan logika oleh para filosof Islam memanfaatkannya dalam memperdebatkan ilmu kalam, (Aqo’id, Ushuluddin, Tauhid) misalnya logika Aristoteles dan filsafat idealismenya Plato/Sokrates.
Wacana rekontruksi gerakan perjuangan Papua harus dari nilai-nilai utama sendiri, nilai Papua, dan nilai baru yang disesuaikan dengan budaya Papua. Perjuangan dirumuskan dari semangat nilai asli Papua yang hidup dan nilai baru yang lebih baik sebagai bagian dari metoda perjuangan Papua menuju kadaulatan jatidiri penuh.
Usaha kontekstualisasi dengan memformat ulang gerakan perjungan jatidiri sebagai strategi baru sebagai suatu gerakan yang significant dan memadai pada dirinya.
Sumber: Ismail Asso adalah Ustadz dan Pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah Firdaus Asso Koya Koso, Jayapura Papua dan Staf Khusus Bidang Agama PJ Gubernur Propinsi Papua Barat.