JAKARTA, detikNewstv.com -
Banyak hal menarik dalam perbincangan kami dengan budayawan dan aktor Opera Batak Thompson Hutasoit di studio Tarnama Podcast lantai 5 kampus Bhineka Tunggal Ika Universitas Mpu Tantular, Jakarta, 15 Desember 2025.
Mengisahkan pengalaman dan jerih payahnya selama 22 tahun melakukan revitalisasi atau menghidupkan kembali Opera Batak yang sudah redup di tahun 1980, alokasi waktu satu setengah terasa masih kurang.
Sebagai host pemula, dengan berat hati harus memotong ceritera narasumber yang terus mengalir bagaikan air jernih dari sumber mata air dari gunung Bukit Barisan, Sumatera Utara.
Salah satu kisah yang membuat narasumber menahan napas panjang tentang pengalaman yang sulit dilupakan.Di kota Pahang Malaysia, tahun 2014.Dua tahun setelah revitalisasi Opera Batak di Tararung.Yang didukung penuh oleh Bupati Tapanuli Utara Drs Rustam Effendy Nainggolan.
Cerita yang dipentaskan, kisah perjuangan Raja Sisingamangaraja XII Tuan Bosar (Ompu Pulo Batu) Sinambela melawan penjajah Belanda di Tanah Batak.Thompson (Hs-singkatan marganya Hutasoit).Sebagai Sisingamangaraja dilakoni Thompson Hs yang didukung penyanyi lagu Opera Batak, andung tradisional Batak Toba, seni musik tradisional gondang, Ogung, kecapi dan seruling.Jumlah pemain total 25 orang sehingga semua peran yang ditata stradara berjalan apik. Lama pertunjukan sekitar tiga jam.
Tapi anehnya, kenang Thompson Hs, walaupun pertunjukan Opera Batak sudah berakhir, para penonton tidak beranjak dari tempat duduknya. "Pertunjukkan sudah selesai...! Penonton yang budiman dipersilakan pulang," pinta Thompson Hs selaku pimpinan rombongan Opera Batak yang manggung di wilayah Kesultanan Pahang, tahun 2014.
Hampir setengah jam para penonton yang mayoritas etnis Melayu bersama warga Indonesia yang bekerja di kota Pahang masih betah di arena pertunjukan.Hal itu menunjukkan betapa hausnya penonton menikmati suguhan kesenian tradisional Opera Batak yang digagas komponis Tilhang Gultom tahun 1926 dengan mengadopsi pertunjukan Opera Italia. Pada awalnya di tahun 1926, masyarakat cuma mengenal: Tilhang Parhasapi.
Pertunjukan Opera Batak Tilhang Gultom baru tampil sejak tahun 1927 hingga tahun1970. Berarti sampai Indonesia merdeka.Hiburan rakyat ini sangat populer di Sumatera Utara dan dianggap masih booming hingga jelang tahun 1980.
Karena populernya Opera Batak di Sumatera Utara, Presiden Ir Soekarno-lebih akrab disebut Bung Karno- tergerak mengundang Tilhang Oberlin Gultom ke Istana Negara Jakarta, tahun 1963.Dalam pertemuan Tilhang Gultom bersama tim operanya, Bung Karno terinspirasi memberi nama baru buat Opera Tilhang Gultom menjadi: Opera Seni Ragam Indonesia-disingkat dengan "OPERA SERINDO."
Dengan menyandang nama baru pemberian Presiden Bung Karno, pertunjukan OPERA SERINDO semakin digandrungi penonton selama hampir 20 tahun.Tapi sayangnya, pertunjukan OPERA SERINDO yang dipimpin Tilhang Oberlin Gultom tidak memiliki gedung pertunjukkan seperti Gedung Opera terkenal di Sydney Australia yang megah.Dengan ditunjang infrastruktur yang lengkap hingga menjadi tontonan klasik berikut orkestranya.
Cerita yang dipentaskan tentang kehidupan klasik bangsa Eropa-Barat.
Karena tidak memiliki gedung parmanen, pertunjukan OPERA SERINDO terpaksa berpindah-pindah.Dari satu daerah ke daerah lain.Panggungnya pun ikut diboyong dengan armada truk.Dengan risiko juga, pendidikan dasar bagi putra dan putri para pemain Opera menjadi terlantar.
Penghasilan mereka pun tidak stabil karena pemasukan uang tergantung dari hasil penjualan tiket pertunjukan dan saweran penonton ala kadarnya.Tapi, demi kelestarian seni budaya tradisional Opera Batak, untung rugi dan masa depan anak mereka pun dikorbankan..!
Apalagi setelah Tilhang Gultom meninggal dunia, 4 April 1970 di Tiga Dolok Simalungun, eksistensi OPERA SERINDO semakin menurun.Akhirnya pertunjukan Opera Batak redup pascakematian Tilhang Gultom.Memang muncul Opera Batak baru pimpinan Sinambela.Tapi tidak bisa bertahan lama.
PANGGILAN DARAH SENIMAN
Sebagai alumni sastra jurusan bahasa Indonesia dari Universitas Sumatera Utara/USU dan berdarah sastrawan, Thompson Hs terpanggil menggali, mengembangkan/revitalisasi karya komponis dan budayawan Tilhang Gultom mengenai Opera Batak.
Gagasan revitalisasi Opera Batak Tilhang Gultom yang dilontarkan para seniman dan budayawan etnis Batak di Medan tahun 2002 mendapat respons positif dari sastrawan terkenal Sitor Situmorang.
Sesuai arahan Sitor Situmorang, langkah pertama yang ditempuh: Mendirikan Pelatihan Opera Batak/PLOt) di kota Pematang Siantar.Pendiri PlOt termasuk Sitor Situmorang, sastrawan dan Novelis Lena Simanjuntak, seniman Barbara Brower dan Thompson Hs. Berbagai riset dilakukan mengurai benang kusut atas redupnya pertunjukan Opera Batak.
Pelatihan para pemain generasi baru Opera Batak dimulai di kota Tarutung Tapanuli Utara.Program pelatihan seni budaya tradisional dilaksanakan Asosiasi Tradisi Lisa (ATL) bersama Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S dan Prof. H. Ahmad Samin Siregar.Hasil revitalisasi Opera Batak di Tarutung melahirkan satu grup percontohan diberi nama: Grup Opera Silindung (GOS).
Berkat dukungan Bupati Tapanuli Utara Drs Rustam Effendy Nainggolan, GOS sukses mengadakan pertunjukan di Tarutung, Medan, Sipoholon, Laguboti, Pematang Siantar hingga Jakarta, tahun 2005.
Pertunjukan GOS dapat memicu semangat para seniman tradisional di Kabupaten Samosir dan Kabupaten Toba Samosir/Tobasa setelah mekar dari daerah induk Tapanuli Utara.Tentu dengan mengadopsi model percontohan Opera Slindung di Tarutung.
Tobasa kemudian lebih awal mendapat dana pusat untuk program inventaris dengan membuat pertunjukan Opera Batak yang dipesan grupnya dari Medan.
Program Opera Batak Metropolitan juga muncul di stasiun TVRI Sumatera Utara tahun 2003.Lebih 30 seri cerita lakon terbaru ditayangkan, selain program rekonstruksi yang digarap akademisi dari USU.
Dengan demikian, gong revitalisasi Opera Batak di Tarutung bisa membalikkan pesimisme sebelumnya terkait stigma tentang pemain Opera.Dalam upaya revitalisasi dominan anak muda atau generasi baru. Konsekuensinya, para pemain Opera Batak terdahulu terseleksi secara alami sesuai tuntutan revitalisasi dan metode kelanjutan Opera Batak.
"Kami masih melibatkan pemain senior jika ada pertunjukan Opera Batak di Medan.Tapi, jika mereka buat tarif honor besar, ya tidak ikut main.Sebab, dukungan finansial Opera Batak masih terbatas," tandas Thompson Hs dalam
bincang-bincang dengan Tarnama Podcast.
Dapat dikatakan, pewaris Opera Batak merupakan seniman generasi baru.Yang ingin belajar tentang tradisi Batak terutama melalui elemen-elemen yang digunakan dalam pertunjukan Opera Batak.
Selain itu, elemen musik/lagu kembali dilirik industri rekaman.Sehingga lagu-lagu Opera Batak seperti karya master Tilhang Gultom dan AWK Samosir diminati berbagai kalangan.
Opera Batak bisa sebagai entry point untuk mempelajari tradisi suku Batak sangat tepat dan mendorong pelibatan berbagai pihak.
Kini, Kementerian Kebudayaan Indonesia telah menetapkan Opera Batak menjadi salah satu warisan budaya nasional.Berarti sudah menjadi milik bersama, tanpa mengesampingkan para perintisnya yang masih perlu diapresiasi.
Para perintis Opera Batak sebenarnya bukan satu orang.Walaupun nama master Tilhang Oberlin Gultom sangat melekat dalam kelahiran Opera Batak.
Sekadar kilas balik, satu tahun setelah PLOt beroperasi, minat akademisi untuk mengkaji Opera Batak semakin meningkat, termasuk salah seorang mahasiswa arsitektur yang merancang Gedung Opera Batak.
Gagasan tersebut menjadi skripsi dan hipotesa awal untuk rekomendasi perlunya sebuah Gedung Opera Batak di Kawasan Danau Toba.Tujuannya untuk historikal dan berfungsi seperti Taman Budaya.
Jika Gedung Opera Batak kelak terwujud, harapan Thompson Hs selayaknya berada dekat Bandara Udara Internasional Sisingamangaraja XII di Silangit Tapanuli Utara.Sasarannya, para wisatawan mancanegara bisa ikut menikmati pertunjukan Opera Batak menuju destinasi wisata alam Danau Toba.
Proposal pembangunan Gedung Opera Batak bisa diajukan Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution kepada Menteri Kebudayaan Dr Fadli Zon.Proposal itu merupakan tindak lanjut atas ditetapkannya pertunjukan kesenian tradisional Opera Batak menjadi warisan budaya nasional takbenda sejak tahun 2024.Tapi kurang greget alias sunyi di tengah gonjang ganjing politik nasional.
PLOt berobsesi meneruskan visi Opera Batak tahun 1930-an agar terus berjaya di Benua Asia dan Benua Eropa.Opera Batak hasil revitalisasi telah mengadakan pertunjukan di Johor, Pahang, Malaysia dan Hanoi, Vietnam dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Eropa juga dijelajahi yang difasilitasi Lembaga Jerman-Indonesia (Deutsche-Indonesische Gesellschaft), tahun 2013.Kali pertama, Opera Batak manggung di dua kota Jerman.Karena banyak peminat di Jerman, Opera Batak tampil dalam bahasa Jerman di lima kota, tahun 2015..Cerita lakon yang ditampilkan, karya terbaru yang tercetak dalam buku 4 bahasa termasuk aksara Batak Toba.
Untuk visi Asia, PLOt bekerja sama dengan tim peneliti dari Institut Seni Indonesia (ISI), Padangpanjang, Sumatera Barat.Opera Batak mengadakan pertunjukan di dua kota Malaysia, tahun 2018 dan Hanoi, Vietnam, tahun 2019.
Bahkan contoh pemanfaatan hasil revitalisasi itu, satu seri pertunjukan Opera Batak ditampilkan pada Hari Ulos tahun 2020 di Samosir.
Dengan fasilitas pelatihan PLOt yang dikembangkan di Medan mulai tahun 2019 melalui unit Sanggar Sitopak Sada.Sedang kantor sekretariat di Pematang Siantar tetap berfungsi untuk tujuan strategis:Membangun Opera Batak dengan paradigma karya-karya terbaru dan mengupayakan terwujudnya pembagunan Gedung Opera Batak menjelang 100 tahun lahirnya Opera Batak, tahun 2027.Sebab, sesuai satu catatan resminya Opera Batak Tilhang Gultom mulai tampil tahun 1927.
Gedung Opera Batak yang direkomendasikan PLOt akan berfungsi seperti Taman Budaya di Kawasan Danau Toba untuk keberlangsungan seni pertunjukan yang muncul sebagai model pemertahanan tradisi-luhung dan keterbukaan terhadap pengaruh modernisasi global.
Selaku direktur PLot, Thompson Hs optimis, dengan revitalisasi Opera Batak selama 22 tahun ini, dapat membangkitkan kembali kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan budaya lokal/ tradisional sebagai salah satu bentuk kesenian yang unik dan berharga.Semoga.
( Hardi / Ludin.P )