Jakarta,detiknewstv.com "Meskipun kebohongan itu lari secepat kilat, satu waktu kebenaran itu akan mengalahkannya."_ • In Memoriam Prof. Dr. Jacob Elfinus Sahetapy.
Judul tulisan ini, saya pilih setelah ada komunikasi dengan seorang teman baik pada Selasa,24 Januari 2023. Teman ini membaca dan mempelajari tulisan saya tertanggal 24 Januari 2023 dengan judul:
"SAYA BUKAN ORANG INDONESIA: SAYA ORANG LANI-ORANG PAPUA, ORANG MELANESIA."
Tulisan ini merupakan ungkapan hati nurani saya dengan jujur. Tulisan ini juga praktek iman, pertanggungjawaban moral dan keilmuan saya kepada rakyat dan bangsa saya, yaitu rakyat dan bangsa Papua Barat yang berada dibawah penjajahan Indonesia sebagai kolonial modern di Tanah Papua.
Setelah teman saya ini membaca tulisan judul ini dan tanggapannya sebagai berikut.
" Waa waa.. hidup itu pilihan.. berbuat baik pada semua org itu suatu keharusan....."
"Seorang pemimpin yang masih membedakan suku ras agama, sebenarnya dia bukanlah seorang pemimpin, namun dia sedang dipemimpin/dikendalikan oleh hawa nafsunya sendiri... *#bijak*."
"Sejarah itu akan mengalir sesuai alur pikiran pembuat sejarah... kehidupan ini ada yang positif dan negatif, sejarah suatu bangsa akan berbeda warna dan rasa bila dipandang dari sudut pandang yang berbeda..."
Saya tidak menyebut nama teman ini dan pekerjaannya karena saya harus menjaga dan memelihara standar etika dan moral dalam pertemanan, walau berbeda pendapat, berbeda ideologi dan keyakinan iman. Saya mau memelihara dan merawat persaudaraan dalam nilai kemanusiaan dan kesetaraan sebagai nilai mulia dan terhormat.
Terima kasih atas tanggapan ini.
Yang saya mau sampaikan dalam tulisan ini ialah yang jelas dan pasti:
"SAYA SUDAH SEKOLAH."
Karena, "SAYA SUDAH SEKOLAH", maka tidak suka memelihara, merawat dan hidup dalam sejarah yang busuk, miring dan tidak benar. Saya harus meluruskan sejarah yang salah, bengkok dan miring dan juga busuk itu.
Yang disebut sejarah yang salah, bengkok, miring dan busuk itu sebagai berikut:
Pada 19 Desember 1961 (Trikora), 15 Agustus 1962 (New York Agreement), 30 September 1962 (Roma Agreement) 1 Mei 1963 (Penggabungan Papua ke dalam Indonesia), dan Pepera 1969 adalah sejarah palsu, sejarah kejahatan kemanusiaan, sejarah yang mengorbankan dan mengabaikan harkat dan martabat kemanusiaan Penduduk Orang Asli Papua (POAP) atau sejarah yang menghancurkan masa depan POAP.
Semua sejarah yang salah, bengkok, miring dan busuk ini dibangun diatas dasar rasisme, militerisme, kapitalisme, imperialisme, kolonilisme untuk menduduki dan menjajah dan memusnahkan Penduduk Orang Asli Papua (POAP) dan menguasasi Tanah Papua dan merampok Sumber Daya Alam Papua.
Untuk menekan dan membuat POAP tidak berdaya, takut, bisu dan lumpuh, penguasa Indonesia memproduksi, memelihara dan menggunakan mitos, stigma, labeli: orang Papua separatis, anggota OPM, makar, KKSB ( istilah TNI), KKB (istilah polisi) dan teroris milik Mahfud MD.
Peristiwa terbaru adalah Negara melalui KPK kriminalisasi, diskriminasi rasial, politisasi terhadap Lukas Enembe Gubernur Papua.
Ada pula para pemimpin yang dikorbankan Negara melalui KPK seperti: Eltinus Omaleng, Ricky Ham Pagawak, Barnabas Suebu SH, John Ibo dan masih banyak yang lain.
Di Papua ada masalah ketidakadilan, kekerasan dan kejahatan negara, mutilasi, pelanggaran HAM berat dan peminnggitan atau marginalisasi POAP di atas Tanah leluhurnya, rasisme, fasisme, kolonialisme, militerisme, kapitalisme, dan imperialisme yang berjalan telanjang dan sudah menjadi luka membusuk dan bernanah di dalam tubuh bangsa Indonesia.
LUKA MEMBUSUK DAN BERNANAH di dalam tubuh bangsa Indonesia dan juga "batu kerikil" dalam sepatu Indonesia atau "duri" dalam tubuh bangsa Indonesia, tidak dapat diselesaikan dengan api, yaitu pendekatan keamanan atau militer, uang, Otsus jilid 1, dan pemaksaan Otsus sentralisasi jilid 2 dan pemaksaan DOB Boneka.
Seluruh kejahatan Negara ini disimpulkan beberapa kata: "Papua LUKA MEMBUSUK DAN BERNANAH di dalam tubuh bangsa Indonesia." Saya sendiri mengatakan: "Papua adalah "batu kerikil" dalam sepatu Indonesia atau "duri" dalam tubuh bangsa Indonesia.
Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno mengatakan:
"...Situasi di Papua adalah buruk, tidak normal, tidak beradab, dan memalukan, karena itu tertutup bagi media asing. PAPUA ADALAH LUKA MEMBUSUK di tubuh bangsa Indonesia."( Sumber: Magnis: Kebangsaan, Demokrasi, Pluralisme: 2015, hal. 255).
Pastor Frans Lieshout melihat:
"PAPUA TETAPLAH LUKA BERNANAH di Indonesia." (Sumber: Pastor Frans Lieshout OFM: Gembala dan Guru Bagi Papua, (2020:601).
Kesimpulan: SUDAH WAKTUNYA PENDUDUK ORANG ASLI PAPUA (POAP) BERHAK MENGEVALUASI DAN MENGGUGAT PENDUDUKAN INDONESIA DI ATAS TANAH PAPUA.
Mari, POAP Sadar, Bangkit, Bersatu, dan Menggugat Indonesia.
Doa dan harapan saya, tulisan singkat ini memberikan pencerahan kepada semua saudara dan sahabat untuk sadar, bangkit, bersatu dan menggugat Indonesia.
Terima kasih. Selamat membaca. Tuhan Yesus memberkati.
Ita Wakhu Purom, Selasa, 24 Januari 2023
Penulis:
1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
2. Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC).
3 Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC)
3. Anggota Baptist World Alliance (BWA).
__________
NO HP/WA: 08128888712; 08124888458