Jakarta - Perempuan Batak tidak selalu berada di belakang suami dalam konteks adat istiadat Batak.Jika suami berada di luar kota atau sudah meninggal dunia, perenan perempuan harus siap tampil terdepan.
Sedang dalam konteks peribadatan di gereja, kaum perempuan khususnya di Huria Kristen Batak Protestan/HKBP, terdapat 456 pendeta perempuan dari total pendeta 2.101 orang. Bahkan dalam sinode Godang HKBP di Seminarium, Sipoholon, Tapanuli Utara, 2-8 Desember 2024, sudah maju Pdt Roida Situmorang D.Min menjadi calon Ephorus/pucuk pimpinan HKBP.Walaupun akhirnya kandas karena kurang dukungan dari sinodetan.
Sebagai gambaran atas perenan perempuan Batak, simak wawancara Serepina br Hutabarat, S.Sos, M.Pd, M.I.Kom dengan MC dengan penata rias, seniman dan MC Biliingual Natasha br Siahaan. Dalam tayangan terbaru Tarnama Podcast di lantai 5 Kampus Universitas Mpu Tantular Jakarta,
19 Oktober 2025.
Media visual Tarnama Podcast diluncurkan,
7 Oktober 2025 di kampus Universitas Mpu Tantular/UMT Jakarta Timur.Konten tentang Habatakhon dalam menghadapii era digitalisasi.Gagasan ini muncul dari Ketua Yayasan Budi Murni Budi Sinambela, BBA yang membawahi UMT.
Konten Tarnama Podcast tentu para narasumber yang paham tentang Habatakhon dan budaya Batak.Orang asing pun bisa menjadi narasumber asalkan punyai latar belakang pengetahuan Habatakhon.Misalnya, Prof Dr Ulrich Kozok, keturunan Jerman sudah tampil jadi narasumber.Alumni Universitas Sumatera Utara/USU paham betul tentang asal usul leluhur Batak dan para tokoh pejuang dari Tanah Batak.
Namun, tidak semua pejuang perintis kemerdekaan RI seperti Ompung Raja Sidjorat VIII Pun Tua Raja Pandjaitan yang gigih berani melawan penjajah Belanda di daerah Toba Habinsaran selama 30 tahun.Hal itu terjadi, kata Ulrich Kozok karena sulitnya sejarahwan dari Eropa mendekati narasumber.Akibatnya nama sang pejuang Batak dari pelosok Toba Habinsaran tidak diangkat dalam penulisan buku sejarah perjuangan Sisingamangaraja XII Tuan Bosar Ompu Pulo Batu Sinambela.
"Jadi, tidak benar ada manipulasi fakta sejarah.Atau pun niat sejarahwan Eropa menghilangkan sejarah perjuangan Raja Sidjorat VIII Pun Tua Raja Pandjaitan dari daerah Toba Habinsaran," tegas Prof Ulrich Kozok yang dikenal sebagai seniman dan budayawan.
Penulis : Ludin.P/ Hardi.P