Jakarta -Banjir bandang kini menerjang daerah Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan hingga ke Desa Sihaporas, Simalungun akhirnya menelan banyak korban jiwa.
.Bencana alam jelang akhir tahun 2025 merupakan bukti nyata akibat kerakusan PT Toba Pulp Lestari yang membabat hutan alami di Tanah Batak.Jika pengusaha oligarki PT TPL Tbk masih mencoba menang sendiri tanpa melihat fakta banjir bandang di Tanah Batak saat ini berarti mereka sudah tidak manusiawi alias biadab.
Terjangan banjir bandang di daerah Sibolga, Tapanuli Tengah, Senin, 24-25 Nopember 2025 sangat memilukan.Sebagian warga tidak sempat menyelamatkan diri karena terjangan banjir dan tanah longsor dengan gelondongan kayu dari gunung menyapu pemukiman penduduk secara tiba-tiba.
Genangan banjir bandang mencapai tiga meter.Yang tampak hanya atap rumah penduduk tidak terjangkau banjir.Sungguh pilu mendengar jeritan tangis kaum ibu karena anak mereka tewas diterjang banjir bandang.
Sebagian warga Huta Nabolon coba berlindung di gereja dan akhirnya terjabak kepungan banjir bandang. Mereka ttidak bisa keluar karena halaman gereja digenangi banjir mencapai tiga meter.Suara histeris menggema minta pertolongan untuk keselamatan jiwa mereka.
Demikian juga di daerah Tapanuli Selatan, tanah longsor dan banjir bandang menghantui warga. Puluhan rumah yang berada di pinggir sungai terancam ambruk karena aliran banjir lumpur begitu deras.Namun, hingga Selasa malam, belum ada laporan apakah ada korban jiwa ditelan banjir bandang di Tapanuli Selatan.
Aek Puli, Simangunban, Tapanuli Utara juga dilanda banjir bandang.Tapi, konstur tanah di sekitar Aek Puli agak berbukit sehingga rumah warga tidak ikut disapu banjir bandang.
Sementara itu, di Desa Sihaporas, Simalungun air sungai sudah meluap. Dikhawatirkan, banjir bandang yang berlumpur bercampur material kayu dari hutan yang gundul bisa menyapu areal pertanian penduduk setempat.Apalagi curah hujan terus meningkat hingga Selasa malam.
Ephorus HKBP Pdt Dr Viktor Tinambunan yang giat menyuarakan bahaya banjir di Tanah Batak akibat hutan sudah digunduli, kini terbukti betapa beratnya dampak berkurangnya tutupan hutan—baik akibat operasional TPL maupun aktivitas sebagian masyarakat setempat. Luka ekologis di Tanah Batak semakin terasa pahit dan tak dapat disangkal lagi.Sedang pihak pengusaha PT TPL menikmati hidup dengan meraup keuntungan triliunan rupiah di tengah masyarakat yang menderita dengan alam yang terluka dan terlunta.
Karena itulah, seruan tutup PT TPL terus menggema dan meluas ke seantero Tanah Air. Sebuah gerakan besar yang dimotori pucuk pimpinan HKBP tidak mungkin lahir dari persoalan kecil.Justru karena dampak sosial dan ekologis yang begitu dahsyat, para pemimpin gereja, pendeta, pastor, ulama muslim, tokoh Batak , akademisi, praktisi hukum, pendamping masyarakat, mahasiswa, para korban serta elemen masyarakat lainnya berdiri bersama dan bersuara lantang: Tutup PT TPL.
Semua ini dilakukan, kata Ephorus, demi terwujudnya Tapanuli Raya yang lebih sejahtera, adil dan lestari—tempat di mana manusia dan alam dapat kembali bernafas lega dan hidup harmonis.
Kini, tinggal menghitung hari atas janji Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution mengeluarkan rekomendasi atas penutupan PT TPL karena manfaatnya tidak lebih besar dibanding kerugian yang diderita masyarakat di Tanah Batak.
( Hardi/ Ludin.P)