Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

MERAWAT BUDAYA PAPUA

Juni 12, 2023 | Juni 12, 2023 WIB Last Updated 2023-06-11T20:21:08Z
“Al-muhafadhotu 'ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah”.

Wamena Papua,Memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik”.

Mengatakan demikian dengan pandangan dasar bahwa: 

Yang ABADI itu PERUBAHAN. Tidak ada yang ABADI selain PERUBAHAN itu sendiri.

Jadi sesuai diktum diatas melakukan rekayasa sosial masyarakat Papua Pegunungan dari kehidupan masa lalu berpola primitive menuju modernisme tanpa harus meninggalkan nilai-nilai warisan leluhur yang par exalance.

Nilai utama warisan leluhur tetap dipelihara dan dilanjutkan sesuai perkembangan zaman dengan me-rekontekstualisasi atau juga merevitalisasi nilai-nilai utama dan luhur (par exalance) warisan leluhur itu sebagai suatu tatanan peradaban warisan nenek moyang orang asli Papua

Nilai warisan itu sebagai milik sendiri tanpa harus teralienasi dari akar-akar budaya masa lalu warisan sendiri, menghilangkan jati diri, (devrivation, dislocation, alienation), akibat gempuran hegemoni nilai asing dan baru seperti agama.

Betapapun agama dipandang sebagai penyelamat, sebenarnya agama sumber utama malapetaka berdampak destroyed (merusak) yang datang dari luar, seperti agama Kristen, Islam dan Yahudi bersama nilai baru secular akibat ilmu dan technology melahirkan modernisme yang itu tanpa sadar masyarakat Papua tenggelam dalam nilai nilai asing, baru, “melainkan”, menjadi lain, tak mengenal adab lokalitas yang genuin.

Proses perubahan masyarakat ciri primitive menuju masyarakat modern tanpa meninggalkan nilai-nilai utama (par exalance) warisan leluhur sebaga landasan standar etika perubahan bersumber dari dalam diri kesadaran penuh nilai lokal sangat urgen.

Demikian Jepang sudah melakukannya tanpa perlu menjadi Barat (westernisasi), sanggup menjadi lokomotive yang tak kalah dengan kemajuan Barat.

Untuk menciptakan dan sampai ke tahapan itu Papua tidak bisa tidak, perlu mengkaji kembali nilai-nilai warisan budaya sendiri.

Bahasa sederhananya jadilah Orang Kristen tanpa perlu menjadi Orang Barat, Jadilah Orang Islam tanpa perlu menjadi Orang Arab.

Mempertahankan nilai-nilai budaya warisan leluhur sangat penting dan fundamental karenanya menjadi kebutuhan mendasar dalam rencana pembangunan Papua kedepan.

Kehadiran kantor Gubernur diharapkan memperpendek atau mempersingkat jarak dan waktu masyarakat Papua Pegunungan memasuki era kehidupan abad ke 22 tanpa meninggalkan nilai Papua, atau menjadi Indonesia tanpa perlu menjadi orang Jawa atau Sulawesi tapi Indonesia sebagai orang Papua.

Sederhananya demikian. Semoga anda tidak binggung tapi kalau tetap bingung berarti bukan salah saya bermaksud membingungkan anda.

Ustadz Ismail Asso. 

Welesi 11 Juni 2023
×
Berita Terbaru Update